“Love is only for
human being
No Love for Cupied
Someone for Everyone
But no one for me”
Kata-Kata itu meluncur
begitu saja dari mulut Kyla Cly (29). Ucapan sentimentil yang lebih tepatnya
seperti tamparan bagi dirinya sendiri. Kyla Mendengus kesal di hari valentine
di sepanjang jalan. Maklum saja,
beberapa pasang atau lebih tepatnya hampir semua orang berjalan
disekelilingnya berpasangan. Sebagian bergandengan tangan, sebagian lagi memilih
berjalan di gang sempit dan gelap. Pemandangan kota malam hari kasih sayang itu
membuatnya selalu iri.
“Tidak akan ada cinta
untuk seorang yang dijuluki ‘malaikat cinta’ itu. Yaa, tidak ada cinta untuk
dirinya. Karena, ‘Cupied’ tercipta untuk membantu para ‘cintawan’ dan
‘cintawati’ untuk saling cinta. Sama seperti dirinya yang selalu bisa membuat
sahabat dan teman-temannya mendapatkan jodoh. Sayangnya, tidak akan ada cerita
‘cupied’ jatuh cinta. ‘cupied’ itu tercipta bukan untuk mencintai atau dicinta.
Tentu saja jatuh cinta yang dimaksud itu untuk pria dan wanita, alias manusia
jatuh cinta dengan manusia. Jadi tidak akan ada waktu untuk bermimpi tentang pangeran
berkuda putih atau pemuda biasa sekalipun, kodok atau peri cinta lain melirik
diri ku.” Keluh Kyla sepanjang jalan yang terasa lebih panjang dari biasanya.
Tentu karena perasaannya yang iri membuat berat langkahnya menuju halte
terdekat dari kantornya.
“Mungkin aku adalah
si-‘cupied’ sungguhan seperti julukan dari teman-teman ku. Padahal, usia ku
terus saja bertambah. Semakin lama semakin mendekati limit ‘masa produktif
reproduksi’ wanita. Tapi, tidak satupun cowok mengajak ku kencan, sekali saja.
Apalagi berharap akan ada pria yang tiba-tiba datang untuk melamar dan menikahi
ku.” Keluhan Kyla semakin panjang setiap kali melirik pasangan disepanjang
jalan Kyla hanya bisa melirik dengan iri sambil mendengus.
Putaran Detik jam yang
seakan menghantui perasaan kesepian Kyla membuatnya sering mendengar ‘bisikan
setan’ atau ‘suara hati’ atau ‘naluri wanita’ atau ‘desakan hormon’, entah mana
yang benar, dirinya sendiri juga bingung untuk menyebut ide gila atau briliant dari mulai kencan buta sampai
ikut membership biro jodoh. Tapi, yang tergila adalah diajak untuk double date
dengan salah satu temannya dan sialnya Kyla mendapatkan dirinya seolah mengejar
seorang pria yang ternyata adalah gay. Intinya, semua cara pintar hingga bodoh,
jalan singkat hingga rumit sudah dicoba.
Terkadang Kyla
teringat masa lalunya saat remaja. Teman-temanmya sempat iri padanya dengan
pengalaman berpacaran serta kencannya. Umur 13 tahun Kyla Sudah pernah
berpacaran 3 kali dengan pria berbeda dan semuanya adalah pria-pria spesial.
Bukan karena mereka dimasak dengan telur. Tapi, karena mereka anak orang kaya,
pintar dan terkenal di lingkungan kota itu. Bahkan sejak umur 15 tahun Kyla
sudah kenal kata selingkuh dan ’menduakan’ pacarnya. Teman-temannya menyebutnya
‘terlalu cepat dewasa’.Tapi sekarang setelah mereka semua sudah memiliki
pasangan, bertunangan atau bahkan menikah, mereka pasti akan tertawa terkikih
dan menyebutnya ‘ke-tua-an dijalan’. Kyla sendiri terkadang berpikir, mungkin
itu adalah hukum karma baginya. Pikir Kyla semenjak usianya menginjak 24 tahun.
Sejak itulah semua teman-temannya berpikir kalau wanita workaholics itu tidak
beda dengan cupied yang Cuma bisa membantu para pasangan lain untuk meraih
cinta tanpa bisa menyimpan cinta untuk dirinya sendiri.
“Seharusnya aku
membawa mobil hari ini. Jika saja Ben tidak memainkan handphone dan sengaja
mengganti tanggal pada handphone ku, aku pasti pulang dengan mobil dan
menghindari pemandangan seperti di dalam telenovela ini.” Keluhan Kyla semakin
menjadi saja.
Hari ini kebetulan
sekali Kyla memilih untuk pulang dengan kendaraan umum dan meninggalkan mobil
sport merahnya dikantor. Maklum setiap kali pulang dengan tubuh yang tidak
begitu mendukungnya untuk mengendarai mobil, Kyla lebih memilih untuk pulang
dengan kendaraan umum ketimbang terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Lagipula,
transportasi kota sudah jauh lebih baik daripada dulu saat Kyla masih seorang
bocah. Itu berarti sekitar 20 tahun lalu. Pemikiran itu membuat Kyla semakin
depresi karena mengingat umurnya yang sudah nyaris ‘kepala 3’ itu.
Sepanjang 20 tahun itu
hal yang dilakukan Kyla adalah berkhayal dan berharap karya-karya shakespeare
terjadi dalam hidupnya secara nyata. Mulai usia 20 tahun Kyla menulis roman
picisan untuk blognya. Kyla memang cukup dikenal sebagai salah satu penulis
cerita cinta di blognya. Dan blognya cukup laris dikalangan remaja hingga
dewasa. Tapi, kisah cintanya tak se-indah cerita yang ditulisnya.
“Hu-uh” Keluh Kyla
lagi sambil mendengus kesal. “Penulis cerita cinta yang menyedihkan.....!!!!!”
Pekik hatinya.
Kyla mendengus
berkali-kali seolah ingin melepas beban dalam hatinya yang terus bertanya kapan
ia akan mendapatkan jodoh dengan ‘tepat dan indah pada waktunya’ itu.
Tiba-tiba saja Kyla
melamun mengingat salah satu kliennya yang cukup tampan dan berkharisma, Mr.
Jo. Sayangnya pria itu sudah menikah dan bahkan sudah punya 2 orang anak kembar
lucu yang selalu memanggilnya tante.
“Puih,..... Tante?”
Desis Kyla lagi. “Memangnya sejak kapan aku menikah dengan om kalian...!!!!”
Keluh Kyla. “Huaaaahhh, apa mereka pikir aku ini ‘tante girang’? sial!”
Kyla berdiri tanpa
semangat didepan halte bus sambil tetap mengingat Mr. Jo, mantan kekasih ke 2
nya yang dulu di ‘dua’ kan olehnya. Jo tentu bukan salah satu yang bisa disebut
‘tepat dan indah pada waktunya’.
“Ah, sudahlah. Jo kan
sudah berkeluarga. Memangnya aku ini ‘PRT’ apa? Perusak Rumah Tangga? Kok
bisa-bisanya aku tergoda lagi padanya???” pikir Kyla.”Gawat...
GAwat....GAWAT!!! jangan-jangan karena terlalu depresi, aku jadi.....”
Kyla terus komat-kamit
sendiri.
“Perbandingan populasi
pria dan wanita memang kelewat jauh. Kira-kira 1:5. Tapi, aku tidak boleh
berpikir apalagi berencana untuk benar-benar menjadi ‘PRT’ itu.” Ujar hati
kecil Kyla seolah mencoba membela diri. “Aku tidak terlalu buruk rupa. Tidak
juga terlalu bodoh. Sebenarnya, apalagi yang kurang?” tanya hati kecil Kyla
lagi.
Sekarang hati kecil
Kyla seperti sedang berdebat dengan otaknya yang tetap tidak bisa menerima
kenyataan.
“Kalau diukur dari
segi matematis skala 1-10, paling tidak aku masih dapat nilai 7.” Desis hati
Kyla.
“Jika disetarakan
dengan sebuah produk, aku adalah produk well-design-taste-well. Bukannya
sombong. Walau tinggi ku rata-rata tinggi wanita Asia yang hanya 160, wajah ku
tidak terlalu jelek. Aku cukup mandiri dengna pekerjaan tetap sebagai General
Manager, merangkap Creative Production Manager di perusahaan publishing dan
advertising yang cukup ternama itu. Aku punya rumah, mobil, asuransi, aset di
perusahaan keluarga, villa. Ditinjau dari segi biologis, aku punya keturunan
DNA yang baik. Kakek dari kedua orangtua ku adalah Militer jaman perang melawan
penjajahan dulu. Nenek dari kedua orangtua ku juga sama-sama pengrajin seni.
Ayah ku memang hanya Pejabat dikantor walikota, sementara ibu ku seorang
bidan.” Pertengkaran sengit hati dan otak Kyla terus berlanjut hingga sampai
kedepan pintu rumahnya.
Kyla baru sadar akan
satu hal spesial yang membuat pria menjauh darinya. Ben, anak biologis dari
percobaan inseminasi buatan sekitar 7 tahun lalu yang dilakukannya. Ben
satu-satunya bayi yang bertahan dalam janin saat percobaan inseminasi buatan
pertama kalinya di Asia. Kyla tersenyum kecut.
“Ben sedang apa, yaa?”
Kyla segera menarik handphone-nya dan seketika pertengkaran sengit otak dan
hatinya berhenti total.
***
Kantor di daerah
paling sibuk di Jakarta itu terasa hening ketika Kyla memasuki ruangannya.
Hanya ada beberapa office boy dan janitor yang sudah datang. Jika saja hari ini
Ben, putra semata wayangnya itu tidak ‘diculik’ Dennis, mantan kekasih
sekaligus teman yang juga suami dari salah satu sahabat baiknya, dan dipaksa
menginap selama seminggu dirumahnya, mungkin Kyla masih dijalan menuju Club
Renang Ben untuk mengantarkan putranya itu mengisi waktu sementara karena Kyla
sibuk bekerja. Untungnya, Ben bukan tipe anak yang rewel. Ben seolah bisa
mengerti akan kesibukan ku dan berusaha untuk ‘mandiri’.
Bicara soal ‘mandiri’
Kyla teringat bukti transfer Down Payment dari perusahaan Mr. Jo kemarin. Kyla
segera memulai kesibukannya walau belum ada satupun anak buahnya yang datang.
Seperti tiap rapat
yang dipimpinnya. Semua anak buahnya selalu tidak bisa berbuat apa-apa untuk
membujuk perawan tua satu ini. Bagi Kyla yang selalu menganggap kalau jadi ‘penjilat’
berarti kelak ingin ‘dijilat’ oelh anak buah juga. Maka, sejak dulu, baik pada
atasan, rekan kerja atau anak buah semua diperlakukan sama olehnya. Tidak ada
dalam daftarnya untuk bergossip atau sekedar basa-basi saat kerja. Hari ini pun
begitu. Rapat berlangsung dengan atmosphere dingin di seluruh sudut ruang
rapat.
“This is our new
concept about next month edition. I just want to show you some changes that our
direction already agreed.” Kyla menunjuk slide pembuka sebelum menerangkan
konsep iklan kali ini yang akan segera diproduksi timnya yang berjumlah sekitar
5 orang. Maklum perusahaan ini memang sudah tidak diragukan lagi sebagai
perusahaan iklan yang terkenal. Tapi, perusahaan ini juga salah satu perusahaan
iklan yang kecil. Karena, saat proses produksinya, sebagian besar pekerja
biasanya diambil dari luar perusahaan.
Kyla segera memulai
dengan kata-kata yang sudah dihafal anak buahnya.
“At the end of my
presentation i would like everyone ideas, question or just a lil’ bit sharing.
I preffer no one would be deaf or silence. Let’s we start with....” Kyla selalu
tepat sasaran atau lebih tepatnya tanpa basa-basi. Straigth to the point.
Kyla tidak peduli
walau akhirnya banyak dari mereka yang merasa kesal padanya. Baginya, bekerja
adalah sesuatu yang harus dilakukan tanpa banyak alasan, basa-basi atau apapun
yang tidak menunjukan ke-profesionalitas-an.
“Apa kontrak kita
dengan Mr. Jo sudah selesai? Aku akan membuat permintaan dana untuk pembuatan
iklan ini segera karena proyek ini masuk dalam proyek besar untuk bulan ini.”
Tanya Kyla.
“Angel sudah mulai
cuti hamil-nya hari ini. Jadi, semua kontrak akan ditangani orang baru. Mungkin
kau masih harus membantunya untuk memeriksa kontraknya nanti.” Ujar Toto,
sekertaris direktur utama perusahaan itu menjelaskan Pria yang duduk
disampingnya seperti tengah mendeskripsikan sebuah produk.
Kyla memijat keningnya
sebentar lalu melirik wajah pria usia 31 tahun itu.
“Dari tim mana kau sebelumnya?”
Tanya Kyla pada pria itu.
Yang ditanya mulai
gugup dengan tatapan mata tajam Kyla.
“Saya dari tim
produksi cetak, Bu.” Ujar Pria itu.
“Okay. Jay,..” Desis
ku. “Besok coba siapkan kontrak mu dulu. Nanti akan saya lihat dulu.” Ujar Kyla
tanpa basa-basi yang dibalas anggukan oleh pria yang dimaksud.
“Bagaimana dengan
modelnya? Apakah kalian sudah memastikan jadwalnya?” Tanya Kyla dengan segera
mengganti topik.
“Belum, bu.” Ujar
seorang wanita muda sekitar 25 tahun. “Manajemennya belum bisa dihubungi.”
“Brenda, kau tau aku
paling tidak suka keterlambatan dari schedule yang sudah aku tetapkan?” Tanya
Kyla. “Cari cara untuk mengatur jadwal dengan manajer model itu, sebelum besok
kau membuatku kesal dengan alasan mu yang lain lagi.” Ujar Kyla lagi.
“Baik bu.” Ujar wanita
bernama Brenda dengan nada sedikit kesal.
“Oh iya, Pak Toto,
kapan pak direktur kembali dari Singapura?” Tanya Kyla.
“Malam ini landing di HalimPK.”
Ujar Toto. “Apa ada sesuatu?” Tanya Toto.
Kyla hanya menggeleng.
“Sial si-anak boss itu. aku yang pusing disini, dia malah ‘kurang kerjaan’
fitting baju pengantin di luar negeri segala.” Keluh Kyla dalam hati sambil
melirik satu per satu wajah staffnya.
“Ingatkan saja dia
untuk tidak lupa ‘membayar’ apa yang harus ‘dibayar’.” Ujar Kyla mendesis
kearah Toto. “Aku tidak mau terlambat gaji jadi alasan untuk tidak bekerja
dengan baik.” Bisik Kyla.
Toto membuka mulutnya
lebar, karena baru tersadar kalau dirinya lupa meminta boss kecil mereka itu
untuk ‘meng-confirm’ transaksi gaji karyawan dari bank. Padahal sudah lewat
satu hari dari tanggal gajian.
***
Kyla segera berjalan
menuju parkiran mobilnya di luar gedung ‘I
media advertising’, tempatnya bekerja. Hari ini ada janji makan siang
dengan Ben. Tentu saja Kyla merasa kesempatan yang jarang datang ini sangat
berharga. Sebuah mobil mendekatinya dan segera mencegahnya berjalan lebih jauh
lagi. Sebuah mobil SUV hitam segera membuat Kyla berbalik. Kaca depan mobil SUV
itu segera turun dan sebuah wajah yang sangat dikenalnya tersenyum penuh
ejekan.
“Hoh, Ku pikir
pangeran tampan.....!!!” Ledek Sue. “Kau pasti berpikir begitu, kan?”
Kyla segera cemberut
menatap kesal pada Sue.
“Lagi-lagi bertemu
dengan ‘nenek sihir’!” Balas Kyla.
Sebenarnya dalam hati
Kyla memang sedikit kecewa. “Seandainya Pria menghampiri ku seperti tadi, pasti
rasa pesimis ku pada cinta sudah hilang...” desis Kyla lagi.
“Oh, Mantan Ratu lebah
ini bisa juga pesimis,yaa?” Ledek Sue. “Ayolah, nona. Bersemangat
sedikit....!!! hari ini kau kan ada kencan dengan Ben.” Sambung Sue.
Kyla tersenyum kecil
namun sedikit sinis menanggapi ejekan sahabatnya itu.
“Hoah, jadi sekarang
kau jadi supir pribadi ku? Baiklah...” ujar Kyla sambil memasuki mobil SUV itu
dan duduk disamping Sue.
“Cepat jalan! Aku
tidak mau dating ku terlambat karena supir yang sok tahu seperti kau...” Balas
Kyla sambil memasang sabuk pengamannya.
“Baiklah nona...”
Balas Sue.
Sepanjang perjalanan
diiringi musik dan suara Sue yang sebentar lagi akan menikah, yang sibuk
menceritakan konseling pernikahannya yang menurutnya sangat membosankan. Sue
benar-benar kesal sampai pernah berpikir untuk menikah di Las Vegas saja, yang
tanpa proses konseling yang membosankan dan rumit baginya yang seorang Model
kelas dunia itu.
Tak berapa lama tentu
saja Sue memulai percakapan yang paling tidak ingin Kyla bicarakan serta
pertanyaan bodoh yang tidak perlu jawaban.
“Kau akan datang
dengan siapa ke pesta pernikahan ku nanti? Kau sudah kosongkan jadwal mu kan?
Jangan bilang kau absen dari pernikahan sahabat mu ini yaa???” Pancing Sue.
“Kau kan sudah janji akan jadi pengiring ku nanti.”
Kyla segera mendesah
kesal. “Aku akan datang dengan NOD!” jawab Kyla asal.
Sue segera tertarik
dengan jawaban Kyla dan melanjutkannya dengan pertanyaan yang benar-benar menarik
baginya.
“Nod?” Ulang Sue.
“Siapa dia? Kau kencan diam-diam tanpa memberitahu aku yaa?”
“NOD. NO Doubtful
anymore, no one will be with me.” Ujar Kyla.
Sue tersenyum kecut.
“Wah, namanya panjang sekali yaa?” Keluhnya.
“Lalu, aku harus jawab
apa? Pertanyaan bodoh mu itu tidak akan butuh jawaban, kan? Sudah jelas aku
benar-benar sedang SINGLE.” Protes Kyla.
Sue tertawa terkikih.
“Maaf_maaf....! Lalu kau tidak bawa Ben?” Tanya Sue.
“Kau mau semua orang
mentertawakan aku, akibat ide gila ku 7 tahun lalu yaa?” balas Kyla segera. “Lagipula,
tidak mungkin aku menceritakan atau menjelaskan semuanya di depan Ben, kan?”
Lanjut Kyla.
“Apa salahnya punya
momongan?” Tanya Sue. “Toh, kau mendapatkannya dengan susah payah dan biaya
mahal.”
“Aku tidak bilang salah jika aku melahirkan Ben.
Tapi, bagaimana kalau setelah itu Ben bertanya tentang Ayahnya? Tentang hal-hal
yang belum memungkinkan untuk aku jawab. Karena aku sendiri juga tidak tau
jawabannya” Terang Kyla.
“Baiklah. Kita ‘skip’
pembicaraan yang tadi. Ku dengar Dennis dan Grace meminta ijin agar Ben tinggal
1 minggu ini ditempatnya?” Tanya Sue.
“Yaa, begitulah.
Dennis bilang, mungkin saja setelah Ben tinggal dirumahnya, mereka bisa
memiliki anak. Kalau kata orang-orang jaman dulu sih, ‘mancing anak’. Huh,
mereka pikir seperti memancing apa? Ben, Kan bukan umpan, cacing atau palet
ikan?” Protes Kyla.”Rumah jadi sepi. Terlalu rapih..” desisnya.
Sue tersenyum melihat
Kyla yang diam-diam merindukan buah hatinya itu.
“Rindu sama anak,
nih?” Tanya Sue.
“Habis siapa lagi yang
harus aku rindukan? Glen?” Tanya Kyla, menyebut nama salah satu mantan
kekasihnya dan juga calon suami Sue.
Wajah Sue segera
berubah. “Jangan bilang kau masih mencintai calon suami ku, yaa?! Mantan pacar
ke-5 mu itu akan segera menikahi sahabat mu ini, lho..!!” Protes Sue yang
memang tipe cemburu yang sangat disukai Glen.
“Oi..oi!” Ujar Kyla
sambil terkikih melihat tampang cemburu Sue yang menurutnya lucu.
“Dalamnya sumur bisa
diukur, dalamnya hati siapa yang tau?” protes Sue lagi.
“Yaa_iyalah. Memangnya
ada ‘echo-sounder’ untuk hati? Tenang
saja. Lagipula, Glen itu manatan ke-7 kok. Dan aku sama sekali tidak tertarik padanya
sejak putus 10 tahun lalu.”Ujar Kyla. “Cemburu, nih?”
“Ke-7 atau ke-5, sama
saja, sama-sama ganjil.” Kilah Sue dengan ekspresi gugup dan ling-lung. Ekspresi
cemburu yang benar-benar lucu.
Bukan Sue namanya,
kalau sampai bisa mengalah dalam debat kusir tidak penting itu. Kyla semakin
terkikih.
“Sue cemburu seolah
Glen itu masih saja playboy seperti biasanya. Padahal, Glen mengakuinya didepan
ku, Glen cukup iri melihat aku memiliki Ben, anak hasil inseminasi buatan itu
sehingga mulai memikirkan pernikahan serius dan memiliki anak dari Sue,
sahabatnya sejak kecil yang paling mengenalnya. Dari pengakuan Glen itulah
sesuatu perasaan ingin memiliki keluarga normal muncul. Toh, tidak semua pria
itu buruk. Dan aku jadi belajar untuk melihat pria tidak hanya dari penampilan
‘casing’-nya saja. He-eh, jadi terdengar seperti sedang membeli Handphone,
tidak hanya melihat dari casing tapi juga harus memperhitungkan ‘adventageous’
dari fitur yang dimilikinya???” Pikir Kyla jadi tertawa sendiri dalam hatinya
sesaat mengingat Glen.
Sue melanjutkan
Cuap-cuapnya yang terkadang benar-benar aneh dan lucu serta sedikit konyol
sepanjang jalan sampai di depan Restaurant.
Ben sudah menunggu
cukup lama. Tapi, bocah 6 tahun itu tetap saja senang saat bertemu Kyla. Ben
sibuk menceritakan kegiatannya selama
berssama Dennis dan Grace.
Sementara Grace
terlihat senang. Grace memang sudah bukan putri kaya raya yang bisa setiap saat
makan di restaurant seperti sekarang. Kyla sendiri salut pada Grace yang mau
menikahi sahabat baiknya Dennis yang hanya seorang montir.
“Bagaimana keadaan
Dennis?” Tanya Kyla.
“Ku dengar kalian
sedang sibuk ‘memancing’ yaa?” Sindir Sue sambil melirik Ben.
Grace hanya tersenyum.
“Habis di rumah sepi sekali kalau Dennis pergi ke bengkelnya.” Jawab Grace
malu-malu.
“Bibi Grace menyiapkan
Daging Panggang untuk paman Dennis pagi ini. Daging Panggang Bibi Grace lebih
enak dari pada buatan mama...” celoteh Ben.
“Oi...Oi...” Protes
hati Kyla. ”Sekarang Grace jadi saingan ku, yaa?”
“Tapi, aku kangen
mama.” Lanjut Ben yang beranjak dipangkuan Kyla. “Ma, suapin, Ben.” Katanya
manja.
Kyla tersenyum lebar
dan mencium kening putranya.”Mama juga Kangen Ben.” Balas Kyla. “Sini...” ajak
Kyla lalu menyuapi Ben.
“Ruben Benjamin! Kau
ternyata bisa manja juga, yaa....” Ledek Sue.
Ben tersenyum lebar.
“Inilah harta paling
berharga yang aku punya, yang mungkin membuat para pria yang mencoba mendekat
langsung lari sekencang-kencangnya. Tapi, Ruben Benjamin adalah kebanggaan ku.
Celotehannya yang lucu dan terkadang ‘menampar’ku dengan sindiran ringan
seperti makanan yang tidak enak dan waktu ku yang jarang untuknya. Meski Ben
sebenarnya tau dan berusaha agar bisa mandiri di usia 6 tahun itu. Ben
benar-benar anak yang pengertian. Selama ini setiap kali bekerja dan Ben harus
tinggal ditempat orangtua ku, Ben bahkan belajar untuk membantu nenek dan kedua
bibinya untuk membersihkan rumah dan menyiapkan makan malam. Setiap malam saat
aku masih rapat atau harus tertidur di kantor, Ben dengan mudah tidur dikamar
salah satu saudara ku dan tidak merengek macam-macam.” Pikir Kyla.
“Namun, terkadang jika
sudah lama tidak bertemu dengan ku yaa seperti inilah reaksinya.” Kyla
terkikih.
“Ben mau Ice cream....
yang choholate...” ujar Ben.
“Okay. Tapi, setelah
makananya habis yaa...” bujuk Kyla.
“Tapi, Nanti Ben dapat
Ice creamnya yaa??” tanya Ben.
Kyla mengecup kedua
pipi Ben. “Janji.” Ujar Kyla.
Ben segera melahap makananya.
“Dasar anak kecil.
Harus diberi iming-iming.” Desis hati Kyla. “Tapi, melihat bobot Ben yang
bertambah, aku jadi sedikit tenang bercampur iri pada Grace. Huh, pasti masakan
Grace memang jauh lebih enak dari masakan ku. Grace juga sangat sabar pada
anak-anak.” Pikir Kyla. “Pantas saja Ben betah tidak merengek ingin minta pulang di telpon.”
***
Sementara itu, di seberang
kantor ‘I media advertising’ Jay
menanggalkan jas hitamnya dan berjalan bersama Jun, sahabat sejak kecilnya,
yang kini terkenal menjadi aktor dan penyanyi no.1 jaman ini. Jun merangkul
sahabatnya segera sambil menepuk pundak Jay.
“Kau jadi semakin
tampan kok pakai jas dan dasi begitu.” Goda Jun.
Jay melirik Jun sambil
melepaskan tangan Jun. “Hei, jangan bilang sekarang kau jadi gay yaa, setelah
putus dengan Difa, kau jadi aneh tau!” ujar Jay.
“Gila! Masak aku jadi
gay?” desis Jun. “Lagipula, jangan sebut-sebut namanya lagi yaa...” Protes Jun.
“Tidak ada waktu untuk mengingat gadis konyol itu lagi.”
“Akui saja kau masih
mencintai Difa kan? Makanya sampai sekarang kau menyibukkan diri syuting
dimana-mana tanpa ada waktu untuk cari pacar baru.” Ledek Jay.
“Kau sendiri?
Bagaimana dengan Sue?” Tanya Jun tiba-tiba.
“Dia akan segera
menikah dengan salah satu sahabat masa kecilnya. Mantan Kekasih dari sahabat
wanitanya. Akhir bulan ini.” Desis Jay langsung tidak bersemangat.
“Wajah mu itu jadi
langsung suram. Sampai-sampai ujung bibirmu seperti gambar grafik saat omset
perusahaan menurun saja?” ledek Jun. “Lalu, bagaimana dengan boss wanita yang
kau bilang cukup menarik itu?”
Pertanyaan Jun membuat
Jay yang sedang menyeberangi persimpangan kedua dari kantornya itu nyaris salah
langkah saat akan menaiki pinggiran trotoar.
“Oh, dia.... Maksud ku
menarik bukan karena dia cantik. Hanya ada yang sedikit menarik darinya.
Apalagi saat dia memimpin rapat. Dasar wanita, kalau sudah jadi pemimpin jadi
seperti itu. terlalu agresif akan cita-cita dan keinginannya mendapatkan omset
lebih terus tiap tahun.” Ujar Jay. “Nona Kyla Cly memang cocok disebut ratu
lebah dikantor. Kami ini para lebah pekerja baginya.” Keluhnya sedikit sambil
membuka pintu restaurant dipinggiran jalan itu.
“Lalu, kenapa waktu
itu kau bilang dia menarik?” Tanya Jun sambil melayangkan pandangannya mencari
meja yang kosong.
“Karena,....”
kata-kata Jay berhenti saat melirik di depannya ada Sue. “Sue?” Sapa Jay
segera.
“Jay? Kebetulan
sekali...” ujar Sue. “Lunch?”
Jun melirik jam tangan
dan tersenyum. “Kelihatannya dinner...” sindir Jun. “Tentu saja Lunch, kan?
Kenapa masih bertanya?” desisnya.
Jay menyikut perut Jun
segera. “Ya, begitulah.” Ujar Jay. “Kebetulan sekali yaa bertemu. Makan siang
dengan siapa? Calon suami mu?” tanya Jay.
“Sayangnya bukan.”
Ujar Sue.
Sue segera sadar
dimeja itu bukan hanya ada dirinya saja.
“Oh, iya. Jadi kurang
sopan. Aku lupa mengenalkan teman-teman ku.” ujar Sue.
“Ky, Jay ini mantan
pacar ku dulu waktu di Yale.” Ujar Sue.
Jay segera tersadar
pada sosok yang disebut Sue. “Se... Selamat siang, bu...” Sapa Jay.
“He-eh, kau tau dari
mana dia ini sudah ibu-ibu?” canda Sue.
“Kau Jay dari bagian
Produksi yang tadi pagi di rekomendasikan untuk membantu Manajemen untuk
meng-handle kontrak itu, kan?” Tanya Kyla dengan jelas.
Grace segera berdiri
ketika tersadar Jun berdiri disana. “Jun? Apa kabar?” Tanya Grace.
“Grace?” Jun terkejut
dan segera mendekat lalu memeluk Grace.
“Ky. Ini teman ku dulu
di London, Jun.” Ujar Grace.
Ben sedikit terkejut.
“Bibi Grace kenapa memeluk pria asing?” tanya Ben.
“Oi..Oi... ini Asia
bukan di London. Masak pelukan didepan anak kecil?” tanya Kyla.
“Maaf...” desis Grace
malu-malu. “Ben, paman ini adalah teman dekat bibi dan kakak bibi dulu semasa
di London.” Terang Grace pada Ben.
Ben tetap melahap
potongan steak dipiringnya sambil manggut-manggut seolah mengerti.
“Sudah tau...” ujar
Ben. “Penyanyi favorite bibi kan? Foto kalian di pajang di ruang tengah oleh
paman Dennis.” Ujar Ben. “Tapi, kurang sopan kan berpelukan seperti
‘teletubies’ begitu.” Ujar Ben semakin sok dewasa.
Kyla tertawa. “Kau
juga tidak perlu seperti kakek-kakek begitu kan, Ben.” Ujar Kyla.
“Apa kabar?” Sapa Kyla
akhirnya.
“Bagaimana kalau kita
satu meja saja?” ide Sue langsung membuat Kyla terdiam.
“Wah, maaf nih kalau
kami jadi mengganggu..” ujar Jay.
“Oi..Oi... Sue kenapa
malah membuat ide gila ini? Sudah tau Ben dan aku satu tipe. Tidak suka makan
siang di ganggu dengan orang-orang asing. Dan, mereka lagi.... Sudah tau
mengganggu masih juga mau satu meja!” Keluh Kyla dalam hati.
“Ma, sudah habis.
Sekarang aku boleh dapat Ice cream chocholate ku kan?” tanya Ben segera setelah
menghabiskan sepiring steak.
Jun Menatap Ben lalu
membandingkannya dengan Kyla beberapa kali. Ben yang putih dengan mata kecil
dan Kyla yang berkulit coklat dan bermata lebar. Taklama kemudian, pertanyaan
yang paling tidak diharapkan muncul.
“Kupikir tadinya ini
anak mu, Grace? Ternyata bukan.” Ujar Jun. “Padahal, dia sangat mirip dengan
Grace. Suami anda pasti orang asia timur yaa?” pertanyaan bodoh itu muncul
begitu saja setiap kali ada yang sedang mencoba mencocokkan Kyla dan Ben.
“He-eh. Begitu yaa.
Kau perhatikan saja. Soalnya Ben itu anak yang manis yaa...” Ujar Sue mencoba
mencairkan suasana.
Kyla terkejut sesaat.
“Bukan.” Ujar Kyla. “Aku tidak punya suami.” Ujar Kyla sedikit tersinggung.
“Ben ayo, kita pesan Ice creamnya.”
Kyla segera
menghindar. Jay segera menyikut perut Jun lagi. Sepanjang makan siang Ben
memandangi Jun dengan pandangan kesal. Ben menatap kesal pada Jun. Selama ini
Ben selalu kesal jika ada yang mencoba menyakiti perasaan Kyla. Karena walaupun
Kyla tidak terlihat marah, Ben tau, Kyla sedang kesal karena acara makan
siangnya setelah 3 hari tidak makan siang dengan Ben terganggu karena 2 pria
yang asing baginya itu. Bahakan, salah satunya mencoba untuk menyinggung soal
perbedaan Ben dan Kyla. Kyla pun hanya diam sepanjang makan siang yang kacau
itu.
an a.k.a inriani sianipar
Jambore - Hotel & Casino - Mumbai - KT Hub
BalasHapusJambore - Hotel & Casino. Jambore 오산 출장샵 - 안양 출장안마 Hotel & 시흥 출장샵 Casino. 2nd floor, 434 전주 출장샵 S. Mumbai. 1 minute 경상남도 출장샵 walk from Jambore-On-Site Hotel.