Langsung ke konten utama

Pengulasan Karya Sastra Junichiro Tanizaki - “The Key”

              I.          Pendahuluan
Kesusastraan adalah bentuk ekspresi dari suatu masyarakat yang memiliki nilai keterkaitan dengan budaya yang ada pada masyarakat itu sendiri. Hal ini dapat terlihat dari adanya perkembangan budaya yang mempengaruhi karya sastra. Setelah era Edo berakhir dan berganti menjadi era Meiji, perkembangan sastra di Jepang memasuki zaman sastra modern. Sastra Jepang pada era ini banyak terpengaruh sastra Eropa. Tidak sedikit karya sastra barat yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang dan latar cerita pada sastra jepang mulai bergeser ke arah Barat. Perkembangan dalam bidang kebudayaan ini mempengaruhi sudut pandang sastrawan Jepang dalam menulis karya sastra.
Pada periode awal Meiji, banyak sastrawan menuliskan karya mereka dengan sudut pandang orang pertama bahkan, terkadang nama dari tokoh utama tidak disebutkan. Selain itu, masa ini juga sering disebut sebagai masa Bungaku Joryu atau era Sastra Perempuan, yang membuat karakter utama wanita dalam karya sastra biasanya ditonjolkan. Beberapa aliran kesusastraan baru di Jepang muncul pada zaman pencerahan ini akibat dari pengadopsian karya-karya sastra Eropa. Beberapa aliran tersebut adalah aliran realisme, aliran Pseudoklasik, aliran Romantisme, aliran Naturalisme, aliran Shirakaba (Humanisme) dan aliran Tanbiha atau yang sering disebut sebagai aliran Estetisme.
Salah satu penulis yang ada pada era modern dengan aliran Tanbiha adalah Junichiro Tanizaki yang memasukan unsur kecantikan wanita dengan menonjolkan keindahan wanita yang terkesan aneh. Tanizaki terkenal dengan karya sastra yang melukiskan pemeran wanita lemah lembut dan tidak berdaya tetapi, menyembunyikan kekuatan dan suatu keindahan yang misterius.

           II.     Isi
Bab ini membahas mengenai latar belakang sastrawan yang menulis karya sastra berjudul “The Key” ( ), Junichiro Tanizaki. Selain itu bab ini akan dilengkapi dengan ulasan mengenai latar belakang cerita, sinopsis, kutipan, dan analisa karya sastra ini.

a.    Latar belakang penulis
Junichiro Tanizaki adalah salah seorang sastrawan Jepang yang berkarya sejak 1909 dengan prosa yang bergaya erotisme dengan sado masokisme dan bertema femme fatale. Dalam beberapa cerita yang ditulis oleh Tanizaki, tergambar kehidupan pribadi penulis era Meiji ini. Selain prosa yang diterbitkan di media cetak saat itu, Tanizaki juga menulis skenario untuk drama dan film format hitam putih. Tanizaki yang banyak terinspirasi dari karya-karya penulis Eropa seperti, Edgar Allan Poe, Charles Baudelaire, dan Oscar Wilde memulai karirnya sebagai penulis novel pada 1910 dengan karya pertamanya “The Tatoo” (Shisei).
Tanizaki yang lahir di Nihonbashi, Tokyo terobsesi dengan budaya barat yang saat itu masuk ke Jepang setelah masa penutupan diri Jepang dari dunia Luar (era Bakufu) berakhir. Penulis yang karyanya mengangkat sisi kewanitaan yang lemah lembut tetapi, memiliki kekuatan tersendiri yang tersembunyi dibalik gaya elgan ini, banyak menceritakan kisah yang terinspirasi oleh kehidupan pribadinya, di mana Istri Junichiro sendiri berselingkuh dengan temannya. Pada karya sastra Tanizaki terdapat unsur okashi (menarik atau lucu yang tidak senonoh), memiliki kesan sensual, dan mengarah pada erotisme yang digabungkan dengan ironi dalam kisah percintaannya.
Salah satu karya Tanizaki, “The Key” ( ), yang dipublikasikan di Jepang 1956 dan diterjemahkan pada 1971 oleh Howard Hibbert telah diangkat ke layar perak di Italia dengan judul La Chiave yang rilis pada 1983. Popularitas dan banyak penghargaan didapatkan Tanizaki melalui karya-karya sastranya yang sempat mendapatkan banyak kontroversi pada zaman itu.
Gaya penulisan Tanizaki yang dibumbui dengan penggambaran pesona perempuan yang dibalut erotisme dan sadisme membuat banyak orang mengkritik karya sastranya. Meskipun mendapat pertentangan dari banyak orang, Tanizaki yang akhirnya meninggal 30 Juli 1965 akibat serangan jantung ini, dianggap sebagai salah seorang sastrawan Jepang terbaik abad 20 karena karya sastranya yang dapat terus dinikmati hingga puluhan tahun. Kini, karya sastra Tanizaki, baik prosa, esai hingga naskah drama dan film yang ditulisnya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing. Untuk menghormati Tanizaki, pemerintah Jepang membuka sebuah museum yang diberi nama Museum Sastra Tanizaki Junichiro, yang terletak  di Ashiya prefektur Ise.

b.   Latar belakang cerita
Cerita ini digambarkan dalam dua buah buku harian dari Suami dan Istri yang saling menceritakan isi hati dan keinginan mereka. Latar pada zaman Meiji yang diangkat penulis menceritakan bagaimana sepasang suami istri paruh baya ini, mencoba untuk menceritakan keluh kesah dalam pernikahan mereka saat itu, tanpa bisa langsung menyatakannya pada pasangan mereka.
Berawal dari kisah seorang suami pencemburu dan istrinya, Ikuko, yang memiliki selisih usia lebih dari 10 tahun, hidup di kota Kyoto bersama anak gadis mereka, Toshiko. Mereka juga memiliki calon menantu yang bekerja sebagai guru sekolah, Kimura. Suami-Istri paruh baya ini tidak memiliki hubungan komunikasi yang baik seperti pada pasangan umumnya. Suami yang begitu mencintai Istrinya yang kolot ini, memutuskan untuk menuliskan seluruh isi hatinya dalam sebuah buku harian. Di sisi lain, sang istri yang tidak menyukai penampilan fisik suaminya, diam-diam memiliki buku harian, sama seperti Suaminya. Dalam buku hariannya, Sang Istri menuliskan tentang perasaan cintanya pada Kimura, dan kebenciannya pada sang Suami.

c.    Sinopsis
Pada malam tahun baru, Sang suami memutuskan untuk tidak berpura-pura dalam menuliskan seluruh perasaannya pada sang istri secara jelas di buku hariannya. Sang Suami menceritakan tentang kegelisahannya saat melihat Ikuko, Istrinya, terlalu memperhatikan Kimura, calon menantu mereka. Ikuko yang berusia 44 tahun biasanya bersikap tak acuh terhadap pria, tidak bersikap demikian pada Kimura. Ikuko bahkan ikut menemani kencan Kimura, dan Toshiko. Hal ini dianggap berlebihan oleh sang Suami, dan membuat sang Suami cemburu.
Suatu hari ketika Kimura datang ke rumah mereka, Ikuko mabuk ketika berendam di dalam Ofuro (bak pemandian Jepang). Suaminya meminta bantuan Kimura untuk mengangkat tubuh Istrinya yang tanpa busana, dan mengeringkan tubuh istrinya. Saat itu, sang Suami merasa bergairah saat melihat Kimura mengeringkan tubuh Istrinya, yang digambarkan lebih cantik dari putri mereka. Malam itu, ketika Ikuko masih mabuk, Suaminya yang sejak menikah tidak pernah diperbolehkan sang istri untuk melihat seluruh tubuh Istrinya, mengeksplorasi seluruh bagian tubuh istrinya. Namun, Ikuko yang mabuk mengira bahwa dirinya sedang bercinta dengan Kimura. Sejak saat itu, sang Suami selalu mengundang Kimura untuk datang dan minum bersama di akhir minggu.
Suatu hari Kimura meminjamkan kamera polaroid pada sang Suami. Ketika Ikuko mabuk, sang Suami pun menggunakan kesempatannya untuk mengabadikan tubuh istrinya dengan kamera polaroid yang dipinjamkan Kimura. Ikuko yang selalu memanggil nama Kimura saat mabuk, tidak lagi membuat sang Suami cemburu. Sang Suami merasa bahagia saat melihat Ikuko mendapatkan kepuasan karena, Sang suami yang berprofesi sebagai profesor ini mengetahui perasaan Istrinya yang membenci dirinya, dan dianggap tidak lagi bisa memuaskan kebutuhan hubungan suami-istri untuk pasangannya. Sang suami menuliskan semua hal yang dirasakannya dalam buku harian.
Tidak puas dengan hasil foto kamera polaroid, sang Suami memotret tubuh telanjang Istrinya dengan kamera analog yang menggunakan film rol. Intensitas kedatangan Kimura ke rumah mereka pun semakin sering. Setiap kali Ikuko mabuk, sang Suami memotret tubuh tanpa busana Istrinya itu dengan berbagai pose. Sang suami meminta Kimura untuk mencetak hasil foto yang ada pada kamera analog, dan membayangkan reaksi Kimura saat melihat foto-foto tersebut.
Toshiko, anak dari pasangan suami-istri ini, cemburu ketika dirnya menyadari tingkah sang Ibu yang selalu berusaha mendekatkan diri dengan tunangannya, Kimura. Toshiko pun memilih untuk keluar dari rumah dan tinggal di kamar sewa sendiri. Namun, Sang Ayah terus mengundang Kimura untuk minum Brandy bersama kedua Orangtua Toshiko. Suatu hari, ketika berkunjung ke rumah tunangannya, Toshiko menemukan tumpukan foto tak senonoh Ibunya di dalam buku yang disembunyikan Kimura di rumah pria itu. Toshiko akhirnya mengetahui motif sang ayah mengundang tunangannya untuk minum minuman keras adalah untuk membuat sang Ibu mabuk, sehingga sang ayah bisa memanfaatkan keadaan mabuk sang Ibu untuk mengeksplorasi tubuh Ibunya.
Saat Toshiko marah, Ikuko berdalih bahwa sang Suami memaksanya mabuk. Ikuko mengatakan pada Toshiko, sebagai Istri yang baik, Ikuko tidak mampu menolak keinginan Suaminya itu. Ikuko tidak ingin disalahkan dan melimpahkan semua kesalahan pada sang Suami. Ikuko sendiri diam-diam mulai menyadari cintanya pada Kimura, dan berkeinginan untuk berhubungan intim dengan calon menantunya. Ikuko menyadari pria yang bersamanya adalah Suaminya sendiri, tetapi dirinya selalu membayangkan sosok Kimura yang bercinta dengannya.
Kejadian demi kejadian terjadi hingga Ikuko dan Kimura semakin dekat, dan berselingkuh. Akan tetapi, sang Suami berpura-pura tidak tahu akan apa yang terjadi antara Istri dan calon menantunya. Toshiko yang sebenarnya cemburu melihat kedekatan sang Ibu, berusaha mengerti situasi yang dihadapi sang Ibu. Toshiko juga membantu keduanya untuk lebih sering bertemu.
Tekanan darah tinggi, usia yang telah tua, kebiasaan minum minuman keras, dan menghentikan diet yang disarankan dokter, sang Suami terserang stroke. Ikuko semakin yakin Suaminya tidak akan menyalahkan dirinya atas perselingkuhan yang dilakukannya dengan calon menantunya karena sang Suami tidak mampu memenuhi kebutuhan biologis Istrinya. Selama kurang lebih satu minggu sang Suami mengalami stroke. Saat itu sang Suami menyebutkan mengenai buku harian mereka. Ikuko terus berpura-pura tidak memiliki buku harian, walaupun dirinya yakin Suaminya pernah membaca buku harian milik Ikuko. Di sisi lain, sang Suami mengira Ikuko pernah diam-diam membaca buku hariannya.
Sang Suami yang stroke ini, meminta bantuan Toshiko untuk mengatur pertemuan Kimura dan Ikuko dengan tujuan membuat Ikuko keluar rumah. Saat Ikuko menemui selingkuhanya, sang suami meminta Toshiko untuk mencari buku harian rahasia Ibunya dan membacakannya. Ikuko yang sore hari itu kembali ke rumah, menyadari bahwa buku hariannya telah dibaca oleh sang suami, dengan bantuan Toshiko. Untuk mengamankan rahasia hatinya yang selalu ditulis di buku hariannya, Ikuko berhenti menulis buku hariannya selama beberapa hari.
Tidak lama setelah membaca buku harian Ikuko, sang Suami meninggal dunia. Ikuko memutuskan untuk membaca dan membandingkan buku harian miliknya dan milik Suaminya. Ikuko menyadari bahwa dirinya seringkali tidak menuliskan isi hatinya yang sesungguhnya dalam buku hariannya, sementara sang Suami dengan jelas mengungkapkan bahwa dirinya begitu mencintai sang Istri. Bahkan dalam buku harian tersebut, sang Suami juga menyatakan seluruh keinginannya untuk melihat Istrinya bahagia meskipun harus berselingkuh dengan pria lain. Setelah kematian sang Suami, Toshiko dan Kimura memutuskan untuk menikah dan Ikuko tinggal bersama mereka. Mereka pun hidup bersama.

d.   Kutipan cerita
Cerita diawali dengan sebuah tulisan dalam buku harian sang Suami.
11日付)「僕は今年から、今日まで日記に記すことを躊躇していたような事柄をも敢えて書き留めることにした」。これまで妻に読まれることをおそれていたからできなかった。しかし、「僕は今『今年からは読まれることを恐れぬことにした』と云ったが、考えて見ると、実は前からそんなに恐れてはいなかったのかも知れない。むしろ内々読まれることを覚悟し、期待していたのかも知れない」と続く。では、なぜ抽出に鍵をかけるかというと、そうしないと、彼女が「これは私に読ませるために書いた日記だ」と多寡をくくってしまうのを恐れてのことなのだった
--(1 Januari) Tahun ini Aku memutuskan untuk menulis dengan bebas tentang topik yang sebelumnya, aku ragu-ragu bahkan untuk menyebutkannya di sini. Aku selalu menghindari cerita tentang hubunganku dengan Ikuko, karena takut jika diam-diam dia membaca buku harianku dan merasa tersinggung. Tapi kali ini, Aku ingin agar istri ku dapat membaca buku harian ini. --
Di awal bagian dari novel ini, diceritakan bagaimana sang Suami menceritakan dengan jelas isi hatinya dalam sebuah buku harian. Hal ini dikarenakan kebiasaan suami-istri yang menghindar untuk membicarakan hubungan mereka secara langsung. Sang Suami tidak lagi merasa takut untuk membiarkan Istrinya yang mungkin saja sudah pernah melihat isi dari buku hariannya. Dituliskan juga sang Suami mengatahui bahwa sang Istri sudah mengetahui keberadaan buku hariannya. Sang Suami sengaja menuliaskan perasaannya dalam buku harian itu dan tidak peduli jika sang Istri membacanya.
Di sisi lain, Ikuko, sang Istri juga memiliki buku harian dan menuliskan bahwa dirinya sebenarnya mengetahui tentang buku harian sang Suami dan hari itu sang Istri menemukan kunci buku harian sang Suami tergeletak di depan rak buku dekat vas bunga. Sang Istri berpikir sang suami membiarkan kunci itu tergeletak begitu saja agar dirinya bisa membuka buku harian itu dan membacanya. Namun, sang Istri memilih untuk tidak melihat isi tulisan dalam buku harian sang suami. Sang Istri sendiri menyembunyikan buku hariannya agar tidak diketahui sang suami. Hal ini terdapat pada kutipan buku harian sang Istri pada 4 Januari yang berada di bawah.
(14)。「今日私は珍しい事件に出遇った。三カ日の間書斎の掃除をしなかったので、今日の午後、夫が散歩に出かけた留守に掃除をしに這入ったら、あの水仙の活けてある一輪挿しの載っている書棚の前に鍵が落ちていた。それは全く何でもないことなのかも知れない。でも夫が何の理由もなしに、ただ不用意にあの鍵をあんな風に落しておいたとは考えられない」。彼女は、その鍵を見て、自分はすでに夫の日記の所在は知っていたのだが、なぜ、わざわざそんなことをしたのだろうと疑心暗鬼になる。でも、私は絶対に夫の日記を盗み読みはしない。それに、私も今年から日記をつけ始めたし、それも「私には夫の日記帳の所在が分っているのに、夫は私が日記をつけていることさえも知らずにいる」という優越感がこの上もなく楽しい、と書く。
Pada tulisan dalam buku harian sang Suami berikutnya menceritakan tentang kecurigaan sang suami akan sikap Kimura pada Istrinya.
(17)。夫と妻、娘の敏子、その許婚と目されている木村でブランデーを飲む。「僕はかねてから、敏子が木村を避ける風があることを感じていたが、それは木村が彼女よりは彼女の母に親愛の情を示す傾向があることを、彼女も感づくに至ったからではないであろうか」と書く。事件の前兆はすでにここにほのめかされている。
--“(7 Januari) Untuk beberapa waktu saya merasa Toshiko menjauh dari Kimura. Mungkin hal itu dikarenakan perhatian Kimura pada Ibunya. Hal itu juga sempat membuat saya curiga. Akan tetapi, saya mengira itu dikarenakan diri saya yang terlalu cemburu.” –

128日。ついブランデーを飲みすぎたの郁子が、突然人事不省になり、「風呂に漬かったまま浴槽の縁に両手を掛け、その上に顔を打つ俯せにして」睡ったまま発見される。もちろん全裸である。「木村はどうしてよいか分らず、浴室を出たり這入ったりうろうろしていたが、『君も手を貸してくれたまえ』と云うと安心してのこのこ這入って来た。『早く拭いてやらないと風邪を引く、済まないが手伝ってくれたまえ』と云って、二人で乾いたタオルを持って濡れた体を拭き取ってやった。(こんな咄嗟の間合にも僕は木村を『利用』することを忘れなかった。僕は彼に上半身を与え、自分は下半身を受け持った)」。
Kejadian selanjutnya terjadi pada 28 Januari saat Ikuko yang terlalu banyak mengkonsumsi Brandy ditemukan pingsan dalam ofuro. Saat itu, sang Suami meminta Kimura untuk membantunya mengangkat tubuh Ikuko yang tanpa busana ke dalam kamar. Sang Suami bahkan meminta Kimura untuk membantunya menyeka tubuh bagian atas Ikuko yang masih basah.
Sejak kejadian pada 28 Januari itu, Ikuko semakin sering menyebutkan nama Kimura saat mabuk. Hal itu justru membuat sang Suami merasa bergairah. Hubungan antara Kimura dan Ikuko pun semakin dekat dan memungkinkan mereka untuk berselingkuh.

e.    Analisa
Cerita yang mengambil latar kota Kyoto ini menceritakan tentang kehidupan suami-istri yang memiliki masalah dalam hubungan mereka. Namun pada masa itu, hal-hal yang bersifat pribadi tidak dibicarakan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sang Suami berusia 55 tahun, diceritakan tidak lagi mampu untuk membahagiakan Istrinya dalam hubungan seksual mereka. Awalnya, sang suami cemburu pada perhatian berlebihan yang diberikan Istrinya pada calon menantunya. Namun, besarnya perasaan cinta sang Suami pada istrinya membuat sang Suami ingin melihat sang Istri bahagia. Di samping itu, sang Suami membiarkan Istrinya untuk berselingkuh dengan calon menantu mereka karena hal itu membuatnya bergairah.
Penggambaran tokoh utama yang merasa bergairah saat Istrinya memanggil nama pria lain adalah salah satu ciri dari cerita yang betemakan masokisme ini. Pada cerita ini tokoh utama wanita digambarkan lemah lembut dan elegan seperti kebanyakan wanita tradisional Jepang, tetapi menyimpan rahasia dalam hatinya. Salah satu keinginan tersembunyi sang istri adalah berselingkuh dengan calon menantunya. Selain itu dalam buku hariannya, sang Istri tetap membohongi dirinya sendiri saat mengetahui sang Suami adalah orang yang diam-diam mengeksplorasi tubuhnya saat mabuk. Buku harian sang Istri lebih banyak menceritakan tentang perasaan tidak suka sang istri pada suaminya yang berwajah pucat, khayalannya mengenai kimura, dan keinginannya untuk bercinta dengan kimura. Selain itu, sang istri juga menceritakan bagaimana perasaannya terhadap orang-orang di sekitarnya seperti, anaknya Toshiko. Namun, sebagian besar hal yang dituliskan sang istri tidak menggambarkan secara jelas dan jujur mengenai perasaannya. Bebeda halnya dengan buku harian sang suami yang dituliskan secara terbuka dan jujur, dengan harapan agar sang istri dapat mengetahui isi hati sang suami.
Pada novel berjudul “The Key” ( ), kunci yang dimaksud dalam judul dan cerita ini adalah bentuk fisik sebuah kunci buku harian milik sang suami yang di dalamnya menceritakan tentang kecemburuan sang suami, imajinasi dari sang suami yang menggambarkan keindahan tubuh istrinya, serta keinginan sang suami agar istrinya dapat merasakan kebahagiaan dalam hubungan intimnya dengan calon menantu mereka, Kimura. Kunci inilah yang menjadi pemecahan masalah hubungan Suami-Istri tersebut. Karena dibalik kunci buku harian ini, perasaan sebenarnya dari sang suami tersimpan.
Penggambaran adegan yang menonjolkan erotisme wanita diangkat dalam “The Key” ( ) seperti dalam karya-karya Junichiro Tanizaki yang lain. Tidak hanya menceritakan erotisme dalam karyanya, Tanizaki juga mengangkat masalah sosial di mana banyak dari pasangan suami-istri yang enggan untuk berkomunikasi mengenai masalah pribadi mereka. Hubungan suami-istri pun akhirnya tidak berjalan dengan lancar.
Pada cerita yang berjudul “The Key” ( ) masalah sosial seperti pergeseran gaya berbusana wanita yang memasuki era modern juga diangkat. Selain itu, novel ini juga menyinggung mengenai kebiasaan masyarakat era tersebut yang masih mempercayai pengobatan tradisional ketimbang ilmu kedokteran untuk menyembuhkan penyakitnya.

        III.     Penutup

The Key adalah salah satu karya sastar modern yang terpegaruh budaya barat. Cerita bergenre Masokisme yang dibalut penggambaran erotis mengenai wanita elagan yang lemah lembut akan tetapi, memiliki kekuatan tersendiri. Novel ini ditulis dalam huruf Katakana pada bagian buku harian sang Suami dan Hiragana untuk bagian sang Istri, Ikuko.

a.    Simpulan
Cerita yang berjudul “The Key” ( ) ini menyajikan gambaran kompleks yang menarik dari kehidupan pernikahan. Tanizaki membuat cerita ini dari dua sudut pandang yaitu, melalui apa yang tertulis dalam buku harian sepasang suami-istri. Tanizaki membuat cerita seolah-olah orang yang membaca novel ini sedang membaca dua buku harian yang ditulis oleh orang yang berbeda.
Walaupun penggambaran penyebab dari masalah yang terjadi dalam cerita tidak begitu jelas, karya sastra ini mengangkat beberapa masalah sosial. Tanizaki menggambarkan situasi yang serius yang ditambahkan dengan adanya konflik batin pada tokoh utama wanita. Novel yang diterjemahkan pada 1971 oleh Howard Hibbett ini menceritakan kisah cinta yang tragis untuk sang Suami yang rela membiarkan Istrinya berselingkuh dengan calon menantunya.
Singkatnya, nilai yang dapat diambil dari cerita ini adalah pentingnya komunikasi anatar suami dan istri. Karena dalam cerita ini jelas diceritakan bagaimana Ikuko dan Suaminya yang hampir tidak pernah membicarakan hal tentang hubungan mereka. Keduanya digambarkan introvert dan tidak membagi perasaan dan pemikiran mereka satu sama lain secara terbuka.

b.         Sumber
Hibbert, Howard. 1971 “Junichiro Tanizaki - The Key”. Tuttle Publishing
"The Key" by Junichiro Tanizaki, http://www.examiner.com/article/book-review-the-key-by-junichiro-tanizaki-a-half-price-find, 02/06/2013 – 19:46
Junichiro Tanizaki “The Key” http://shinsho.shueisha.co.jp/column/aikake/060609/ 04/06/2013 -17:00

an a.k.a inriani sianipar


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Jepang Kimi Shinita Mou Koto Nakare karya Akiko Yosano

Kimi Shinita M ou K oto N akare karya Akiko Yosano あゝをとうとよ君を泣く a , wo o touto yo kun wo naku 君死にたまふことなかれ kun shi ni tamafu koto nakare 末に生れし君なれば matsu ni umareshi kun nareba 親のなさけはまさりしも oya nonasake w a masarishi mo 親は刃(やいば)をにぎらせて oya ha ha ( yaiba ) wo nigirasete 人を殺せとをしへしや nin wo korose to wo shiheshiya 人を殺して死ねよとて nin wo koroshi te shine yo tote 二十四までをそだてしや nij y ushi made wo sodateshiya 堺の街のあきびとの sakai no machi noakibito no 旧家をほこるあるじにて kyuuka wo hokoru arujinite 親の名を継ぐ君なれば oya no mei wo tsugu kun nareba 君死にたまふことなかれ kun shi ni tamafu koto nakare 旅順の城はほろぶとも ryojun no shiro w a horobutomo ほろびずとても何事か horobizu totemo nani goto ka 君知るべきやあきびとの kun shiru bekiya akibitono 家のおきてに無かりけり ie no okiteni naka rikeri 君死にたまふことなかれ kun shini tamafu koto nakare すめらみことは戦ひに sumera mikoto w a tatakahi ni おほみづからは出でまさね o homi z ukara w a idemasane かたみに人の血を流し katami  ni nin no chi wo nagashi 獣の道に死ねよとは kemono no michi ni sh...

Mora .vs. Haku .vs. Syllable

Pembuka Menurut para ahli bahasa Jepang ada dua aliran ilmu bahasa di Jepang yaitu, Kokugogaku (Ilmu bahasa Jepang Tradisional) dan Gengogaku (Ilmu bahasa Jepang Masa Kini) . Kokugogaku memiliki tradisi khas Jepang dalam penyusunan kata pada bahasa Jepang yang terlepas dari ilmu bahasa Barat, termasuk gramatika yang sudah ada sejak zaman Edo. Sementara, Gengogaku mengadaptasi konsep bahasa dari Barat yang diterapkan pada bahasa Jepang mulai dari gramatika, fonologi, morfologi, dan sintaksis. Namun , ada sedikit perbedaan dalam struktur kata bahasa jepang dengan bahasa lain . Pada umumnya kata dalam bahasa Inggris maupun Indonesia mengenal adanya Syllable sebagai satuan ucapan terkecil dalam pengucapan sebauh kata. A kan tetapi, bahasa Jepang menggunakan Mora sebagai satuan ucapan terkecil dalam sebuah kata. Namun, ada pendapat lain mengenai penggunaan Haku yang dianggap sebagai satuan ucapan terkecil yang dipakai dalam bahasa Jepang. Beberapa hasil penelitian dari pene...

Jakarta And Jakarta

Did you know 33 Provinces in Indonesia has a great places to explore. I don't know weather i could post about all places in Indonesia. But, how about to start with Jakarta? Let's see some Places you could enjoy here. But first of all let's see the 33 Provinces. 33Province Indonesia Intereresting Places DKI Jakarta Banten West Java Central Java DI Jogjakarta East Java Lampung Bengkulu South Sumatra – Palembang Bangka-Belitung Riau Riau Island West Sumatra Jambi North Sumatra -Nias DI Aceh West Borneo - Kalimantan Barat Central Borneo - Kalimantan Tengah South Borneo - Kalimantan Selatan East Borneo - Kalimantan Timur South Celebes - Sulawesi Selatan Southeast Celebes - Sulawesi Tenggara Central Celebes - Sulawesi Tengah Gorontalo North Celebes - Sulawesi Utara North Maluku Maluku West Papua Central Papua East Papua East Nusa Tenggara West Nusa Tenggara Bali  Okay. Now shall we begin with Jakarta.  And then below here there's some ...