I.
Pendahuluan
Kesusastraan adalah bentuk ekspresi dari suatu masyarakat yang memiliki
nilai keterkaitan dengan budaya yang ada pada masyarakat itu sendiri. Hal ini
dapat terlihat dari adanya perkembangan budaya yang mempengaruhi karya sastra. Setelah
era Edo berakhir dan berganti menjadi era Meiji, perkembangan sastra di Jepang
memasuki zaman sastra modern. Sastra Jepang pada era ini banyak terpengaruh
sastra Eropa. Tidak sedikit karya sastra barat yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Jepang dan latar cerita pada sastra jepang mulai bergeser ke arah Barat.
Perkembangan dalam bidang kebudayaan ini mempengaruhi sudut pandang sastrawan
Jepang dalam menulis karya sastra.
Pada periode awal Meiji, banyak sastrawan menuliskan karya mereka dengan
sudut pandang orang pertama bahkan, terkadang nama dari tokoh utama tidak
disebutkan. Selain itu, masa ini juga sering disebut sebagai masa Bungaku Joryu atau era Sastra Perempuan,
yang membuat karakter utama wanita dalam karya sastra biasanya ditonjolkan. Beberapa
aliran kesusastraan baru di Jepang muncul pada zaman pencerahan ini akibat dari
pengadopsian karya-karya sastra Eropa. Beberapa aliran tersebut adalah aliran
realisme, aliran Pseudoklasik, aliran Romantisme, aliran Naturalisme, aliran Shirakaba (Humanisme) dan aliran Tanbiha atau yang sering disebut sebagai
aliran Estetisme.
Salah satu penulis yang ada pada era modern dengan aliran Tanbiha adalah Junichiro Tanizaki yang
memasukan unsur kecantikan wanita dengan menonjolkan keindahan wanita yang
terkesan aneh. Tanizaki terkenal dengan karya sastra yang melukiskan pemeran
wanita lemah lembut dan tidak berdaya tetapi, menyembunyikan kekuatan dan suatu
keindahan yang misterius.
II. Isi
Bab ini membahas mengenai latar belakang sastrawan
yang menulis karya sastra berjudul “The Key” ( 鍵 ), Junichiro
Tanizaki. Selain itu bab ini akan dilengkapi dengan ulasan mengenai latar
belakang cerita, sinopsis, kutipan, dan analisa karya sastra ini.
a. Latar belakang penulis
Junichiro Tanizaki
adalah salah seorang sastrawan Jepang yang berkarya sejak 1909 dengan prosa
yang bergaya erotisme dengan sado masokisme dan bertema femme fatale. Dalam beberapa cerita yang ditulis oleh Tanizaki,
tergambar kehidupan pribadi penulis era Meiji ini. Selain prosa yang
diterbitkan di media cetak saat itu, Tanizaki juga menulis skenario untuk drama
dan film format hitam putih. Tanizaki yang banyak terinspirasi dari karya-karya
penulis Eropa seperti, Edgar Allan Poe, Charles Baudelaire, dan
Oscar Wilde memulai karirnya sebagai penulis novel pada 1910 dengan karya
pertamanya “The Tatoo” (Shisei).
Tanizaki yang lahir di
Nihonbashi, Tokyo terobsesi dengan budaya barat yang saat itu masuk ke Jepang
setelah masa penutupan diri Jepang dari dunia Luar (era Bakufu) berakhir. Penulis yang karyanya
mengangkat sisi kewanitaan yang lemah lembut tetapi, memiliki kekuatan
tersendiri yang tersembunyi dibalik gaya elgan ini, banyak menceritakan kisah yang terinspirasi oleh kehidupan pribadinya, di mana Istri Junichiro sendiri berselingkuh dengan
temannya.
Pada karya sastra Tanizaki
terdapat unsur okashi (menarik atau
lucu yang tidak senonoh), memiliki kesan sensual, dan mengarah pada erotisme
yang digabungkan dengan ironi dalam kisah percintaannya.
Salah satu karya Tanizaki, “The Key” ( 鍵 ), yang
dipublikasikan di Jepang 1956 dan diterjemahkan pada 1971 oleh Howard Hibbert
telah diangkat ke layar perak di Italia dengan judul La Chiave yang rilis pada
1983. Popularitas dan banyak penghargaan didapatkan Tanizaki melalui
karya-karya sastranya yang sempat mendapatkan banyak kontroversi pada zaman itu.
Gaya penulisan Tanizaki
yang dibumbui dengan penggambaran pesona perempuan yang dibalut erotisme dan sadisme
membuat banyak orang mengkritik
karya
sastranya. Meskipun
mendapat pertentangan dari banyak orang, Tanizaki yang akhirnya meninggal 30
Juli 1965 akibat serangan jantung ini, dianggap sebagai salah seorang sastrawan
Jepang terbaik abad 20 karena karya sastranya yang dapat terus dinikmati
hingga puluhan tahun. Kini, karya sastra Tanizaki, baik prosa, esai hingga naskah
drama dan film yang ditulisnya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing. Untuk menghormati
Tanizaki, pemerintah Jepang membuka sebuah museum yang diberi nama Museum
Sastra Tanizaki Junichiro,
yang terletak di
Ashiya prefektur Ise.
b. Latar belakang cerita
Cerita ini digambarkan
dalam dua buah buku harian dari Suami dan Istri yang saling menceritakan isi
hati dan keinginan mereka. Latar pada zaman Meiji yang diangkat penulis
menceritakan bagaimana sepasang suami istri paruh baya ini, mencoba untuk menceritakan keluh
kesah dalam pernikahan mereka saat itu, tanpa bisa langsung menyatakannya pada
pasangan mereka.
Berawal dari kisah seorang suami pencemburu dan
istrinya, Ikuko, yang memiliki selisih usia lebih dari 10 tahun, hidup di kota
Kyoto bersama anak gadis mereka,
Toshiko. Mereka juga
memiliki calon menantu yang bekerja sebagai guru sekolah, Kimura. Suami-Istri
paruh baya ini tidak memiliki hubungan komunikasi yang baik seperti pada
pasangan umumnya. Suami yang begitu mencintai Istrinya yang kolot ini,
memutuskan untuk menuliskan seluruh isi hatinya dalam sebuah buku harian. Di
sisi lain, sang istri yang tidak menyukai penampilan fisik suaminya, diam-diam
memiliki buku harian, sama seperti Suaminya. Dalam buku hariannya, Sang Istri
menuliskan tentang perasaan cintanya pada Kimura, dan kebenciannya pada sang
Suami.
c. Sinopsis
Pada malam tahun baru, Sang suami memutuskan untuk tidak berpura-pura
dalam menuliskan seluruh perasaannya pada sang istri secara jelas di buku
hariannya. Sang Suami menceritakan tentang kegelisahannya saat melihat Ikuko,
Istrinya, terlalu memperhatikan Kimura, calon menantu mereka. Ikuko yang
berusia 44 tahun biasanya bersikap tak acuh terhadap pria, tidak bersikap
demikian pada Kimura. Ikuko bahkan ikut menemani kencan Kimura, dan Toshiko.
Hal ini dianggap berlebihan oleh sang Suami, dan membuat sang Suami cemburu.
Suatu hari ketika Kimura datang ke rumah mereka, Ikuko mabuk ketika
berendam di dalam Ofuro (bak pemandian Jepang). Suaminya meminta bantuan Kimura
untuk mengangkat tubuh Istrinya yang tanpa busana, dan mengeringkan tubuh
istrinya. Saat itu, sang Suami merasa bergairah saat melihat Kimura
mengeringkan tubuh Istrinya, yang digambarkan lebih cantik dari putri mereka.
Malam itu, ketika Ikuko masih mabuk, Suaminya yang sejak menikah tidak pernah
diperbolehkan sang istri untuk melihat seluruh tubuh Istrinya, mengeksplorasi
seluruh bagian tubuh istrinya. Namun, Ikuko yang mabuk mengira bahwa dirinya
sedang bercinta dengan Kimura. Sejak saat itu, sang Suami selalu mengundang
Kimura untuk datang dan minum bersama di akhir minggu.
Suatu hari Kimura meminjamkan kamera polaroid pada sang Suami. Ketika
Ikuko mabuk, sang Suami pun menggunakan kesempatannya untuk mengabadikan tubuh
istrinya dengan kamera polaroid yang dipinjamkan Kimura. Ikuko yang selalu
memanggil nama Kimura saat mabuk, tidak lagi membuat sang Suami cemburu. Sang
Suami merasa bahagia saat melihat Ikuko mendapatkan kepuasan karena, Sang
suami yang berprofesi sebagai profesor ini mengetahui perasaan Istrinya yang membenci dirinya,
dan dianggap tidak lagi bisa memuaskan kebutuhan hubungan
suami-istri untuk pasangannya. Sang suami menuliskan semua hal yang
dirasakannya dalam buku harian.
Tidak puas dengan hasil foto kamera polaroid, sang Suami memotret tubuh
telanjang Istrinya dengan kamera analog yang menggunakan film rol. Intensitas
kedatangan Kimura ke rumah mereka pun semakin sering. Setiap kali Ikuko mabuk,
sang Suami memotret tubuh tanpa busana Istrinya itu dengan berbagai pose. Sang
suami meminta Kimura untuk mencetak hasil foto yang ada pada kamera analog, dan
membayangkan reaksi Kimura saat melihat foto-foto tersebut.
Toshiko, anak dari
pasangan suami-istri ini,
cemburu
ketika dirnya menyadari
tingkah sang Ibu yang selalu berusaha mendekatkan diri dengan tunangannya,
Kimura. Toshiko pun memilih untuk keluar dari rumah dan
tinggal di kamar sewa sendiri.
Namun, Sang Ayah terus mengundang Kimura untuk minum Brandy bersama kedua
Orangtua Toshiko. Suatu hari, ketika berkunjung ke rumah tunangannya, Toshiko
menemukan tumpukan foto tak senonoh Ibunya di dalam buku yang disembunyikan
Kimura di rumah pria itu. Toshiko akhirnya mengetahui motif sang ayah
mengundang tunangannya untuk minum minuman keras adalah untuk membuat sang Ibu
mabuk, sehingga sang ayah bisa memanfaatkan keadaan mabuk sang Ibu untuk
mengeksplorasi tubuh Ibunya.
Saat Toshiko marah, Ikuko berdalih bahwa sang Suami memaksanya mabuk.
Ikuko mengatakan pada Toshiko, sebagai Istri yang baik, Ikuko tidak mampu
menolak keinginan Suaminya itu. Ikuko tidak ingin
disalahkan dan melimpahkan semua kesalahan pada sang Suami. Ikuko sendiri
diam-diam mulai menyadari cintanya pada Kimura, dan berkeinginan untuk berhubungan intim dengan
calon menantunya. Ikuko menyadari pria yang bersamanya adalah Suaminya sendiri, tetapi
dirinya selalu membayangkan sosok Kimura yang bercinta dengannya.
Kejadian demi kejadian terjadi hingga Ikuko dan Kimura semakin dekat, dan
berselingkuh. Akan tetapi,
sang Suami
berpura-pura tidak tahu akan apa yang terjadi antara Istri dan calon menantunya. Toshiko yang sebenarnya cemburu melihat kedekatan
sang Ibu, berusaha mengerti situasi yang dihadapi sang Ibu. Toshiko juga
membantu keduanya untuk lebih sering bertemu.
Tekanan darah tinggi, usia yang telah tua, kebiasaan minum minuman
keras, dan menghentikan diet yang disarankan dokter, sang
Suami
terserang stroke. Ikuko
semakin yakin Suaminya
tidak akan menyalahkan dirinya atas perselingkuhan yang dilakukannya dengan
calon menantunya karena
sang Suami tidak mampu memenuhi kebutuhan biologis Istrinya.
Selama kurang lebih satu minggu sang Suami
mengalami stroke. Saat itu sang Suami menyebutkan mengenai buku harian
mereka. Ikuko terus berpura-pura tidak memiliki buku harian, walaupun dirinya
yakin Suaminya pernah membaca buku harian milik Ikuko. Di sisi lain, sang Suami
mengira Ikuko pernah diam-diam membaca buku hariannya.
Sang Suami yang stroke ini, meminta bantuan Toshiko untuk mengatur
pertemuan Kimura dan Ikuko dengan tujuan membuat Ikuko keluar
rumah. Saat Ikuko menemui
selingkuhanya, sang suami meminta
Toshiko
untuk mencari buku harian rahasia Ibunya dan
membacakannya. Ikuko yang
sore hari itu kembali ke rumah, menyadari bahwa buku
hariannya telah dibaca oleh sang suami, dengan bantuan Toshiko. Untuk mengamankan rahasia hatinya yang selalu
ditulis di buku hariannya, Ikuko berhenti menulis buku hariannya selama
beberapa hari.
Tidak
lama setelah membaca buku
harian Ikuko, sang Suami meninggal dunia. Ikuko memutuskan untuk membaca dan membandingkan
buku harian miliknya dan milik Suaminya. Ikuko menyadari bahwa dirinya seringkali
tidak menuliskan isi hatinya yang sesungguhnya dalam buku hariannya, sementara sang Suami dengan jelas mengungkapkan bahwa dirinya begitu mencintai sang Istri. Bahkan
dalam buku harian tersebut, sang Suami juga menyatakan seluruh
keinginannya untuk melihat Istrinya
bahagia meskipun harus berselingkuh dengan pria lain. Setelah kematian sang Suami, Toshiko dan Kimura memutuskan
untuk menikah dan Ikuko tinggal bersama mereka. Mereka pun hidup bersama.
d.
Kutipan
cerita
Cerita diawali
dengan sebuah tulisan dalam buku harian sang Suami.
(1月1日付)「僕は今年から、今日まで日記に記すことを躊躇していたような事柄をも敢えて書き留めることにした」。これまで妻に読まれることをおそれていたからできなかった。しかし、「僕は今『今年からは読まれることを恐れぬことにした』と云ったが、考えて見ると、実は前からそんなに恐れてはいなかったのかも知れない。むしろ内々読まれることを覚悟し、期待していたのかも知れない」と続く。では、なぜ抽出に鍵をかけるかというと、そうしないと、彼女が「これは私に読ませるために書いた日記だ」と多寡をくくってしまうのを恐れてのことなのだった
--“(1 Januari) Tahun ini Aku memutuskan untuk menulis dengan bebas
tentang topik yang sebelumnya,
aku
ragu-ragu bahkan untuk menyebutkannya di sini. Aku selalu menghindari cerita
tentang hubunganku dengan Ikuko, karena takut jika diam-diam dia membaca buku
harianku dan merasa tersinggung.
Tapi kali ini, Aku ingin agar istri ku dapat membaca buku harian ini.” --
Di awal bagian dari
novel ini, diceritakan bagaimana sang Suami
menceritakan dengan jelas isi hatinya dalam sebuah buku harian. Hal ini dikarenakan
kebiasaan suami-istri yang menghindar untuk membicarakan hubungan mereka secara
langsung. Sang
Suami
tidak lagi merasa takut untuk membiarkan Istrinya yang mungkin saja sudah pernah melihat isi dari buku
hariannya. Dituliskan juga
sang Suami mengatahui bahwa sang Istri sudah mengetahui keberadaan buku
hariannya. Sang Suami sengaja menuliaskan perasaannya dalam buku harian itu dan
tidak peduli jika sang Istri membacanya.
Di sisi lain, Ikuko, sang Istri juga memiliki buku harian dan menuliskan
bahwa dirinya sebenarnya mengetahui tentang buku harian sang Suami dan hari itu
sang Istri menemukan kunci buku harian sang Suami tergeletak di depan rak buku
dekat vas bunga. Sang Istri berpikir sang suami membiarkan kunci itu tergeletak
begitu saja agar dirinya bisa membuka buku harian itu dan membacanya. Namun,
sang Istri memilih untuk tidak melihat isi tulisan dalam buku harian sang
suami. Sang Istri sendiri menyembunyikan buku hariannya agar tidak diketahui
sang suami. Hal ini terdapat pada kutipan buku harian sang Istri pada 4 Januari
yang berada di bawah.
(1月4日)。「今日私は珍しい事件に出遇った。三カ日の間書斎の掃除をしなかったので、今日の午後、夫が散歩に出かけた留守に掃除をしに這入ったら、あの水仙の活けてある一輪挿しの載っている書棚の前に鍵が落ちていた。それは全く何でもないことなのかも知れない。でも夫が何の理由もなしに、ただ不用意にあの鍵をあんな風に落しておいたとは考えられない」。彼女は、その鍵を見て、自分はすでに夫の日記の所在は知っていたのだが、なぜ、わざわざそんなことをしたのだろうと疑心暗鬼になる。でも、私は絶対に夫の日記を盗み読みはしない。それに、私も今年から日記をつけ始めたし、それも「私には夫の日記帳の所在が分っているのに、夫は私が日記をつけていることさえも知らずにいる」という優越感がこの上もなく楽しい、と書く。
Pada tulisan dalam buku harian sang Suami berikutnya menceritakan
tentang kecurigaan sang suami akan sikap Kimura pada Istrinya.
(1月7日)。夫と妻、娘の敏子、その許婚と目されている木村でブランデーを飲む。「僕はかねてから、敏子が木村を避ける風があることを感じていたが、それは木村が彼女よりは彼女の母に親愛の情を示す傾向があることを、彼女も感づくに至ったからではないであろうか」と書く。事件の前兆はすでにここにほのめかされている。
--“(7 Januari) Untuk beberapa waktu saya merasa
Toshiko menjauh dari Kimura. Mungkin hal itu dikarenakan perhatian Kimura pada
Ibunya. Hal itu juga sempat membuat saya curiga. Akan tetapi, saya mengira itu
dikarenakan diri saya yang terlalu cemburu.” –
1月28日。ついブランデーを飲みすぎたの郁子が、突然人事不省になり、「風呂に漬かったまま浴槽の縁に両手を掛け、その上に顔を打つ俯せにして」睡ったまま発見される。もちろん全裸である。「木村はどうしてよいか分らず、浴室を出たり這入ったりうろうろしていたが、『君も手を貸してくれたまえ』と云うと安心してのこのこ這入って来た。『早く拭いてやらないと風邪を引く、済まないが手伝ってくれたまえ』と云って、二人で乾いたタオルを持って濡れた体を拭き取ってやった。(こんな咄嗟の間合にも僕は木村を『利用』することを忘れなかった。僕は彼に上半身を与え、自分は下半身を受け持った)」。
Kejadian selanjutnya terjadi pada 28
Januari saat Ikuko yang terlalu banyak mengkonsumsi Brandy ditemukan pingsan
dalam ofuro. Saat itu, sang Suami meminta Kimura untuk membantunya mengangkat
tubuh Ikuko yang tanpa busana ke dalam kamar. Sang Suami bahkan meminta Kimura
untuk membantunya menyeka tubuh bagian atas Ikuko yang masih basah.
Sejak kejadian pada 28 Januari itu, Ikuko
semakin sering menyebutkan nama Kimura saat mabuk. Hal itu justru membuat sang
Suami merasa bergairah. Hubungan antara Kimura dan Ikuko pun semakin dekat dan
memungkinkan mereka untuk berselingkuh.
e.
Analisa
Cerita yang mengambil latar kota Kyoto ini menceritakan tentang
kehidupan suami-istri yang memiliki masalah dalam hubungan mereka. Namun pada
masa itu, hal-hal yang bersifat pribadi tidak dibicarakan dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Sang Suami berusia 55 tahun, diceritakan tidak lagi mampu
untuk membahagiakan Istrinya dalam hubungan seksual mereka. Awalnya, sang suami
cemburu pada perhatian berlebihan yang diberikan Istrinya pada calon
menantunya. Namun, besarnya perasaan cinta sang Suami pada istrinya membuat
sang Suami ingin melihat sang Istri bahagia. Di samping itu, sang Suami
membiarkan Istrinya untuk berselingkuh dengan calon menantu mereka karena hal
itu membuatnya bergairah.
Penggambaran tokoh utama yang merasa bergairah saat Istrinya memanggil
nama pria lain adalah salah satu ciri dari cerita yang betemakan masokisme ini.
Pada cerita ini tokoh utama wanita digambarkan lemah lembut dan elegan seperti
kebanyakan wanita tradisional Jepang, tetapi menyimpan rahasia dalam hatinya.
Salah satu keinginan tersembunyi sang istri adalah berselingkuh dengan
calon menantunya. Selain itu
dalam buku hariannya, sang Istri tetap membohongi dirinya sendiri saat
mengetahui sang Suami adalah orang yang diam-diam mengeksplorasi tubuhnya saat
mabuk. Buku
harian sang Istri
lebih banyak menceritakan
tentang perasaan
tidak suka sang istri pada suaminya yang berwajah pucat, khayalannya mengenai kimura, dan
keinginannya untuk bercinta dengan kimura. Selain itu, sang istri juga
menceritakan bagaimana perasaannya terhadap orang-orang di sekitarnya seperti,
anaknya Toshiko. Namun, sebagian besar hal yang dituliskan sang istri tidak
menggambarkan secara jelas dan jujur mengenai perasaannya. Bebeda halnya dengan buku harian
sang suami yang dituliskan secara terbuka dan jujur, dengan harapan agar sang
istri dapat mengetahui isi hati sang suami.
Pada novel berjudul “The Key” ( 鍵 ), kunci
yang dimaksud dalam judul dan
cerita ini adalah bentuk
fisik sebuah
kunci buku harian milik sang suami yang di
dalamnya
menceritakan tentang kecemburuan sang suami, imajinasi dari sang suami yang
menggambarkan keindahan tubuh istrinya, serta keinginan sang suami agar
istrinya dapat merasakan kebahagiaan dalam hubungan intimnya dengan calon
menantu mereka, Kimura.
Kunci inilah yang menjadi pemecahan masalah hubungan Suami-Istri tersebut.
Karena dibalik kunci buku harian ini, perasaan sebenarnya dari sang suami
tersimpan.
Penggambaran adegan yang menonjolkan erotisme wanita diangkat dalam “The
Key” ( 鍵 ) seperti dalam karya-karya Junichiro Tanizaki yang lain. Tidak hanya
menceritakan erotisme dalam karyanya, Tanizaki juga mengangkat masalah sosial di
mana banyak dari pasangan suami-istri yang enggan untuk berkomunikasi mengenai
masalah pribadi mereka. Hubungan suami-istri pun akhirnya tidak berjalan dengan
lancar.
Pada cerita yang berjudul “The Key” ( 鍵 ) masalah sosial seperti pergeseran gaya berbusana wanita
yang memasuki era modern juga diangkat. Selain itu, novel ini juga menyinggung
mengenai kebiasaan masyarakat era tersebut yang masih mempercayai pengobatan
tradisional ketimbang ilmu kedokteran untuk menyembuhkan penyakitnya.
III. Penutup
The Key adalah salah satu karya sastar modern yang terpegaruh budaya
barat. Cerita bergenre Masokisme yang dibalut penggambaran erotis mengenai
wanita elagan yang lemah lembut akan tetapi, memiliki kekuatan tersendiri.
Novel ini ditulis dalam huruf Katakana pada bagian buku harian sang Suami dan
Hiragana untuk bagian sang Istri, Ikuko.
a. Simpulan
Cerita yang berjudul “The Key” ( 鍵 ) ini menyajikan gambaran
kompleks yang menarik dari kehidupan pernikahan. Tanizaki membuat cerita ini
dari dua sudut pandang yaitu, melalui apa yang tertulis dalam buku harian
sepasang suami-istri. Tanizaki membuat cerita seolah-olah orang yang membaca
novel ini sedang membaca dua buku harian yang ditulis oleh orang yang berbeda.
Walaupun penggambaran penyebab dari masalah
yang terjadi dalam cerita tidak begitu jelas, karya sastra ini mengangkat
beberapa masalah sosial. Tanizaki menggambarkan situasi yang serius yang
ditambahkan dengan adanya konflik batin pada tokoh utama wanita. Novel yang
diterjemahkan pada 1971 oleh Howard Hibbett ini menceritakan kisah cinta yang
tragis untuk sang Suami yang rela membiarkan Istrinya berselingkuh dengan calon
menantunya.
Singkatnya, nilai yang dapat diambil dari
cerita ini adalah pentingnya komunikasi anatar suami dan istri. Karena dalam
cerita ini jelas diceritakan bagaimana Ikuko dan Suaminya yang hampir tidak
pernah membicarakan hal tentang hubungan mereka. Keduanya digambarkan introvert
dan tidak membagi perasaan dan pemikiran mereka satu sama lain secara terbuka.
b.
Sumber
Hibbert, Howard.
1971 “Junichiro Tanizaki - The Key”. Tuttle Publishing
"The Key" by
Junichiro Tanizaki, http://www.examiner.com/article/book-review-the-key-by-junichiro-tanizaki-a-half-price-find, 02/06/2013 – 19:46
Junichiro Tanizaki “The Key” http://shinsho.shueisha.co.jp/column/aikake/060609/
04/06/2013 -17:00
an a.k.a inriani sianipar
Komentar
Posting Komentar