Jika anda penggemar film era 50-an, mungkin anda pernah mendengar Tokyo Monogatari atau yang lebih dikenal dengan judul Tokyo Story. Film produksi tahun 1953 ini mengambarkan sebuah hubungan keluarga dengan latar Tokyo delapan tahun setelah Perang Dunia II berakhir. Film karya sutradara Yasujiro Ozu ini sempat meraih banyak penghargaan dari beberapa festival film. Film ini bahkan pernah di remake pada 1995.
Cerita diawali dengan keinginan pasangan suami-istri
Sukishi dan Tomi Hirayama yang tinggal di sebuah desa kecil, Onomichi, pergi ke
Tokyo mengunjungi anak-anak mereka, Shige, Koichi dan menantu mereka, Noriko,
yang sudah lama tidak pulang ke kampung halaman mereka. Selain itu mereka juga
berencana untuk bertemu dengan Keizo, anak laki-laki kedua pasangan ini yang
tinggal di Osaka. Keduanya selama ini hanya hidup di desa bersama Kyoko, anak
perempuan bungsu mereka. Perjalanan sekitar enam jam lamanya ditempuh pasangan
usia lanjut ini demi bisa berkumpul dengan anak-anak mereka.
Sesampainya di Tokyo, anak laki-laki pertama mereka,
Koichi Hirayama menjemput Ibu dan Ayahnya itu dan membawa keduanya untuk
menginap di rumah Koichi. Pasangan ini juga disambut anak perempuan tertua
mereka Shige dan menantu mereka, Noriko. Selama dua hari mereka tinggal di
rumah tersebut, tetapi mereka tidak bisa sering bertemu dengan Koichi. Di rumah
itu hanya istri dari Koichi, Fumiko yang selalu berbincang dengan mereka. Kedua
anak laki-laki Koichi, Minoru dan Isamu terlihat kesal dengan kedatangan kakek
dan Nenek mereka. Pasangan tersebut membuat kedua anak Koichi tidak bisa
belajar di ruang belajar mereka, karena Sukishi dan istrinya tidur disana.
Merasa telah mengganggu kehidupan anak kedua mereka,
pasangan Hirayama akhirnya menginap di rumah anak sulung mereka Shige. Shige
yang membuka salon kecantikan merasa suaminya terlalu boros dalam memanjakan
kedua orangtuanya. Bagi Shige, kedua orangtuanya tidak seharusnya dimanjakan
oleh Kurazo, suami Shige. Selama tiga hari di rumah Shige, pasangan yang sudah
lanjut usia ini merasa bosan. Shige yang tidak bisa mengajak keduanya untuk
berkeliling Tokyo meminta adik iparnya yang sudah menjanda, Noriko, untuk
menemani pasangan Hirayama ini berjalan-jalan disekitar Tokyo. Noriko mengajak
keduanya pergi mengelilingi tempat-tempat baru yang belum pernah dibayangkan
pasangan ini. Noriko juga membawa kedua mertuanya ini ke apartemen kecil
miliknya. Selama lima hari di Tokyo,
mereka merasa kesepian, tetapi kedua orangtua tersebut merasa senang karena ada
Noriko yang menemani mereka.
Karena Koichi dan Shige merasa tidak bisa mengurus
kedua orangtua mereka yang singgah di Tokyo, mereka sepakat untuk menyewakan
kamar motel di pinggiran Tokyo agar kedua orangtua mereka tidak mengganggu
kehidupan pribadi mereka. Di Motel yang sempit, tempat beberapa orang biasa
berjudi sepanjang malam pasangan yang sudah tua ini tidak dapat beristirahat. Keesokan harinya, mereka
memutuskan untuk pulang ke rumah Shige dan menginap semalam disana. Tetapi
sesampainya mereka di rumah Shige, anak perempuan mereka itu justru meminta
mereka pergi. Shige beralasan, kamar di atas yang ditempati orangtua mereka sudah
disewakan pada orang lain. Akhirnya, Shukishi Hirayama meminta istrinya
menginap di rumah menantu mereka, Noriko. Noriko dengan senang hati menerima
kehadiran Ibu mertuanya itu.
Sementara itu, Sukishi sendiri pergi mencari dua teman lamanya semasa mengajar di sekolah duapuluh tahun lalu. Sukishi kemudian mabuk dan diantarkan oleh polisi kembali ke rumah Shige. Anak perempuannya itu kesal dan membiarkan Ayahnya tidur di kursi salon begitu saja. Setelah menyadari kehadiran mereka hanya menjadi beban untuk anak-anak mereka dan keluarganya, pasangan Hirayama pun memutuskan untuk pulang ke Onomichi, dengan bantuan Noriko yang memberikan mereka uang untuk membeli tiket kereta api. Sebelum pulang, Tomi, Ibu mereka berterima kasih dan berpesan jika suatu hari dirinya meninggal, mereka tidak perlu mengunjunginya di Onomichi, karena jarak Tokyo ke Onomichi cukup jauh. Selain itu, pasangan itu berencana pergi ke Osaka untuk menemui anak laki-laki mereka Keizo sebelum pulang ke Onomichi. Sayangnya, Tomi tiba-tiba sakit keras dan terpaksa pulang ke Onomichi tanpa melewati Osaka. Sekitar dua minggu istri Sukishi ini sakit keras dan akhirnya meninggal. Sukishi merasa kesepian karena selama ini hanya istrinya yang menemaninya. Anak-anak mereka sudah terlalu sibuk untuk peduli pada orang tua sepertinya. Sukishi pun kecewa pada perlakuan anaknya yang lebih mementingkan pembagian harta warisan di hari pemakaman sang istri. Kyoko pun merasa kesal setelah melihat tiga saudaranya bahakan tidak terlihat sedang berkabung ketika kehilangan Ibu mereka. Sebaliknya, Noriko yang hanya menantu dari almarhum kakak ke tiganya bersusah payah mengurusi rumah selama 49 hari masa berkabung.
Sementara itu, Sukishi sendiri pergi mencari dua teman lamanya semasa mengajar di sekolah duapuluh tahun lalu. Sukishi kemudian mabuk dan diantarkan oleh polisi kembali ke rumah Shige. Anak perempuannya itu kesal dan membiarkan Ayahnya tidur di kursi salon begitu saja. Setelah menyadari kehadiran mereka hanya menjadi beban untuk anak-anak mereka dan keluarganya, pasangan Hirayama pun memutuskan untuk pulang ke Onomichi, dengan bantuan Noriko yang memberikan mereka uang untuk membeli tiket kereta api. Sebelum pulang, Tomi, Ibu mereka berterima kasih dan berpesan jika suatu hari dirinya meninggal, mereka tidak perlu mengunjunginya di Onomichi, karena jarak Tokyo ke Onomichi cukup jauh. Selain itu, pasangan itu berencana pergi ke Osaka untuk menemui anak laki-laki mereka Keizo sebelum pulang ke Onomichi. Sayangnya, Tomi tiba-tiba sakit keras dan terpaksa pulang ke Onomichi tanpa melewati Osaka. Sekitar dua minggu istri Sukishi ini sakit keras dan akhirnya meninggal. Sukishi merasa kesepian karena selama ini hanya istrinya yang menemaninya. Anak-anak mereka sudah terlalu sibuk untuk peduli pada orang tua sepertinya. Sukishi pun kecewa pada perlakuan anaknya yang lebih mementingkan pembagian harta warisan di hari pemakaman sang istri. Kyoko pun merasa kesal setelah melihat tiga saudaranya bahakan tidak terlihat sedang berkabung ketika kehilangan Ibu mereka. Sebaliknya, Noriko yang hanya menantu dari almarhum kakak ke tiganya bersusah payah mengurusi rumah selama 49 hari masa berkabung.
Sukishi merasa Noriko benar-benar seperti anak
kandungnya sendiri. Walau sedikit tidak rela, Sukishi akhirnya meminta Noriko
untuk tidak perlu mempedulikannya lagi. Sukishi meminta agar Noriko mencari
pria baru agar hidupnya tidak kesepian. Sukishi dan Kyoko merasa sangat
berterima kasih atas kebaikan Noriko selama ini. Sukishi pun memberikan jam
yang sudah lebih dari 40 tahun disimpan almarhum Istrinya. Noriko pun akhrinya
menuruti permintaan Ayah mertuanya dan pulang ke Tokyo.
Film format hitam putih ini menampilkan cerita
tentang perubahan sikap keluarga pada masa itu yang dikarenakan kesibukan orang
Jepang terutama di kota besar seperti Tokyo dan Osaka, yang mulai melupakan konsep
keluarga Jepang yang ditanamkan orang tua zaman sebelum Perang Dunia II. Cerita
ber-genre keluarga ini mengangkat
tentang keluarga Jepang yang banyak mengalami perubahan dalam hubungan
sehari-hari mereka dengan orang tua. Pesan yang terdapat pada film ini terkesan
mengritik pola pikir masyarakat era 50-an yang mulai terlihat menjauh dari
keluarga batih mereka setelah mereka menikah. Sejumlah artis ternama Jepang
pada masa itu membintangi film yang mendapatkan kategori film keluarga terbaik
di Jepang pada 1954.
an a.k.a inriani sianipar
Komentar
Posting Komentar